Kamis, 30 Juni 2011

Renald Kasali:”Jangan Takut Melakukan Perubahan!..”

“Change is the only evidence of life”,kata esayist Evelyn Waugh.
Benar sekali,perubahan adalah satu-satunya bukti kehidupan.Jadi perubahan
mustinya adalah hal yang biasa bagi manusia. Hanya saja, kita seringkali
tidak menyadari sesuatu telah berubah,bahkan mendiamkannya, alias tidak
meresponsnya sama sekali.
Banyak orang yang menghadapi perubahan dengan menyangkal masa depan. Mereka
beranggapan cuma cara merekalah yang benar,dan yang lain salah. Success history
mendistorsi peta yang mereka baca. Orang-orang ini membiarkan dirinya buta terhadap
masa depan. Kata Black dan Gregersen,suatu ketika orang-orang ini akan menjadi
fanatik dan beranggapan apa yang diketahuinya sebagai segala-galanya, dan
apa yang tidak diketahuinya sebagai nothing. Maka habislah masa depan.
Manusia pada dasarnya bisa menerima perubahan sekalipun kecepatan menerima setiap
orang berbeda-beda. Yang terjadi sesungguhnya,manusia itu enggan “dirubah”, bukan enggan
“berubah”. Dalam konteks manajemen perubahan,seorang pemimpin harus bertindak tak ubahnya
sebagai seorang seniman profesional, yang menggunakan bel perubahan seakan-akan bukan
berasal dari dirinya, melainkan dari orang-orang yang akan mengerjakan perubahan itu sendiri. Bel
ini disebut “a wake up call”, yaitu bel yang membangunkan yang kita set sendiri, yang begitu
berbunyi membuat kita kesal, namun juga berterimakasih. Kita bangkit dari tidur sekalipun
malas dan kantuk masih melekat.

Sebagian besar kita beranggapan perubahan itu baru boleh dilakukan
kalau ada masalah, saat memasuki tahap krisis. Padahal, pada saat krisis
hampir tidak mungkin, atau mustahil melakukan perubahan.
Perubahan pada saat sedang berada di titik rendah sangat rawan. Sebab pada saat itu, anda
sudah tak punya energy dan resources sama sekali untuk mengangkatnya kembali: Tidak ada
kepercayaan, manajer-manajer yang handal pergi,cash flow defisit, produk unggulan tidak ada, dan
seterusnya. Bahkan yang ada adalah konflik,demo karyawan, hutang dan tuntutan-tuntutan hukum.
Beranjak dari itu, para ahli manajemen mulai melihat strategi perubahan terbaik seharusnya
dilakukan pada saat anda sedang mengalami masa “senang-senang”. Yaitu saat penjualan
anda sedang bagus dan semua orang bangga terhadap lembaganya. Tapi celakanya, justru
pada saat ini manusia-manusia itu tidak tertarik untuk berubah. Mereka mengatakan, “Kalau
tidak ada yang rusak, mengapa harus dirubah”.Tetapi anda harus dengan berani mengatakan,
“Kalau tidak segera diperbaiki ini akan rusak!”
Perubahan pada tahap ini kita sebut transformasi, yaitu pembenahan manajemen
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :Apa yang dapat kita lakukan agar menjadi lebih
baik lagi? Apa saja kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat?
Inilah seni strategi perubahan. Anda bekerja dengan paradox, yaitu paradox of change, yang
kurang lebih artinya begini. ”Pada saat perubahan harus dilakukan, orang-orang merasa tak ada
kebutuhan sama sekali, sebaliknya, pada saat anda dituntut untuk berubah, anda sudah tak punya
daya sama sekali.”
Tapi bagaimana dengan orang-orang yang mau berubah? Maukah mereka memasuki sesuatu yang
baru dengan gagah berani? Nanti dulu, bukankah memasuki medan baru selalu ada resikonya.
Pertanyaannya adalah, bila kita memasuki “the right track” apakah kita langsung bisa perform
dengan baik? Tentu saja tidak. Setiap permulaan pasti sulit dan akan banyak ditemui kendalakendalanya.
Tetapi dengan kekonsistenan dan berani mencoba yang baru, dan terus memperbaiki
diri, lama kelamaan akan perform juga yaitu melakukan “the right thing dan done it very well”.
Itulah sebabnya diperlukan keberanian, konsep yang jelas dan cara kerja yang efisien.
Tentu saja tidak semua perubahan seperti ini berakhir dengan sukses. Adakalanya Anda dipaksa
merubah sesuatu yang sifatnya sangat mendasar dan tak ada cara lain selain melakukannya dengan
penuh pengorbanan. Kata orang-orang Korea,kalau tak ada yang mau berkorban tak akan ada
perubahan. Tetapi ini masih belum cukup.Dibutuhkan semacam karakter untuk memimpin perubahan. Karakter itu sering disebut-sebut sebagai “Lincoln type”, yaitu kejujuran, rendah hati,cinta kasih, disiplin diri, dan keberanian yang teguh dalam menghadapi fakta-fakta brutal yang bisa merusak kehidupan. King dan Gandhi disebutsebut memiliki karakter itu.
Perubahan tidak akan mungkin dilakukan dengan hanya merubah sistem tanpa
memperhatikan kesiapan manusia-manusianya.Saya berkeyakinan manusia sesungguhnya
bukan enggan berubah, melainkan perlu menyadari perubahan itu justru menjadi
tuntutan bagi dirinya. Bagaimana tahapan perubahan manusia, perhatikan bait-bait pada puisi ini.
When you change your thinking (pikiran)
You change your beliefs (keyakinan diri)
When you change your beliefs
You change your expectations (harapan)
When you change your expectations
You change your attitude (sikap)
When you change your attitude (sikap)
You change your behavior (tingkah laku)
When you change your behavior
You change your performance (kinerja)
When you change your performance
You change your destiny (nasib)
When you change your destiny
You change your life (hidup)
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum
(masyarakat), sehingga mereka mengubah
apa yang terdapat dalam diri (sikap mental)
mereka”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar